FFiksi Gusti Allah mboten Sare (VIII-Tamat)byintankemala08/12/2018 Tarigan menatap Fendi dengan gelisah. Ia mengumpulkan keberaniannya sebelum mulai berbicara. “Maafkan saya Bang. Saya ga tahu kalau…
FFiksi Gusti Allah mboten Sare (VII)byintankemala06/12/2018 Jawabannya ia peroleh seminggu kemudian. Pada saat jam istirahat, Aini dan seluruh teman-teman kantornya diizinkan pergi menghadiri pernikahan…
FFiksi Gusti Allah mboten Sare (VI)byintankemala05/12/2018 Aini berjalan pulang dari sungai tempatnya mencuci. Sebelah tangannya membawa ember cucian. Sebelah lagimenggandeng putrinya, Meutia. Putra bungsunya…
FFiksi Gusti Allah mboten Sare (V)byintankemala03/12/2018 “Ngopo kowe nduk? Kok murung?” Mbak Sastro bertanya heran. Aini singgah ke rumahnya sepulang dari mencuci di sungai,…
FFiksi Gusti Allah mboten Sare (IV)byintankemala28/11/2018 Fendi memarkir motornya di halaman rumah Pak Kadir. Lebih tepatnya, motor pinjaman. Pinjaman dari Bosnya di kantor. Pak…
FFiksi Gusti Allah mboten Sare (III)byintankemala12/10/2018 Takengon, 1980 – 1982 Aini menatap wesel ditangannya. Kiriman dari kakak perempuan satu-satunya. “Pulanglah. Kalau mertuamu belum mau…
FFiksi Gusti Allah mboten Sare (II)byintankemala10/10/2018 Fendi menatap hamparan bibit kakao di hadapannya. Semuanya mati. Mati dalam polybag hitamnya. Ia merasa aneh. Bagaimana bisa…
FFiksi Gusti Allah Mboten Sare (I)byintankemala09/10/2018 Angkup, 1980 Terburu-buru Aini membuka lemari, mencari baju kesayangannya. Suaminya pulang sebentar lagi. Ia ingin sudah terlihat rapi…