“Mana dragonnya, Kak?” tanyaku sambil memandang lukisan yang terlihat abstrak bagiku. The Dragon, judulnya, tertulis di kertas kecil di bagian bawah lukisan. “Mama nggak ngerti,” sambungku.
“Itulah seninya, Ma,” jawab Zahra pendek. Dari nada suaranya, bisa kubayangkan ia tersenyum di balik maskernya, menggodaku. Alih-alih memberi penjelasan lebih lanjut, ia malah menggeser langkahnya ke depan lukisan lain. Hm.. jangan-jangan ia sama tak mengertinya denganku? Hehehe.
Kami kembali mengamati berbagai lukisan yang dipajang di dinding. Bukan hanya bagus-bagus, tetapi ide-idenya pun luar biasa, bagiku. Tak salah kalau Zahra penuh semangat datang ke pameran lukisan yang diadakan di Gedung Perpustakaan Nasional ini. “Mungkin aku bisa mendapat inspirasi,” katanya tadi pagi.

Nah…, nah, berhenti dulu. Ini lukisan guru-guru Zahra, Kak Nasya Patrini Rusdi di Casi Creativeartstudio dan Kak Ary Okta di Sekolah Citra Alam (SCA). Berfoto dulu… jepret!


Moga bisa mengikuti jejak langkah keduanya, ya, Nak, jadi pelukis juga, bisa pameran juga, Amiin..