Iseng, kuintip gambarnya Zahra.
“Wow, ini awannya Kakak gambar sendiri?”
“Iya,” jawabnya pendek.
“Wah, seperti awan beneran. Atau seperti foto dari kamera. Keren.”
Tapi dasar aku, pujian kusertai kritik juga. “Tapi ini kan gambar digital ya, Kak. Jadi mudah, gitu, Kakak bikinnya. Lebih sering menggambar manual, dong, Kak. Kayaknya Kakak sekarang udah jarang, deh, menggambar pakai pensil dan kertas.”
Tiba-tiba rasa sebal merayap, gitu, ke hatiku. Merasa Zahra mengabaikan nasehatku. Sudah beberapa kali aku mengingatkannya untuk lebih sering menggambar manual. Aku khawatir ia terlalu ingin gampangnya saja. Memang berbagai fitur di aplikasi menggambar digital memudahkannya dalam menggambar. Ia bisa mencampur berbagai warna tanpa belepotan, bisa mewarnai dengan cepat, bisa menghapus garis yang kurang pas, dan lain sebagainya. Tapi, kan keterampilan menggambar manual tetap penting, begitu pikirku.

Dengan tenang Zahra mengalihkan pandangannya dari layar tablet ke wajahku, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, “Ma, sekarang itu saatnya kita bekerja smart, bukan bekerja keras, aja.”
Haaa? Aku harus jawab apa, Saudara-Saudara?
Note. Yang gambar awan belum selesai, Mamanya posting gambar ‘The Three Girls’ ini aja. Itu juga ngambil diam-diam dari akun IG-nya Zahra 🙂