Hari ini, pagi disambut dengan berita duka. Seorang sahabat telah berpulang ke Rahmatullah. Haris Ridla, namanya. Seorang yang sangat baik dan rendah hati.
Saya mengenalnya lebih dari dua puluh tahun yang lalu, ketika ia masuk ke Asrama Yasma Putra, sedangkan saya telah tinggal terlebih dahulu di Asrama Yasma Putri. Bersama teman-teman yang lain, kami bantu membantu mengurusi kegiatan keislaman di Masjid Agung Syuhada, sambil mengejar cita-cita di kampus masing-masing.
Haris seorang yang menyenangkan. Jujur, polos dan apa adanya. Semua yang ia dapatkan, tak pernah dianggapnya sebagai pencapaian diri, melainkan anugrah semata dari Allah Yang Maha Penyayang. Termasuk kesempatannya bisa kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogya. Termasuk pernikahannya dengan gadis manis nan sholehah yang penuh dengan kemudahan. Termasuk lulusnya ia menjadi ASN dan bekerja di KUA Jombang.
“Saya ini, apalah Teh, bukan siapa-siapa. Banyak yang lebih pintar dari saya. Banyak yang lebih pantas dari saya. Tapi Allah izinkan juga saya jadi ASN,” katanya dalam suatu panggilan telepon.
Ya, Haris suka sekali bersilaturahmi. Sekali-sekali ia menghubungi saya via telepon, hanya untuk sekadar bertukar kabar dan cerita. Ia akan mengabsen kabar teman-teman seasrama yang ia pikir saya tahu, bahkan juga menanyakan kabar teman-teman kuliah saya yang ia kenal. Kami bisa menghabiskan puluhan menit untuk bercengkrama, waktu yang terasa singkat untuk berbincang dengan seorang yang tulus dan membawa kegembiraan. Saya menikmati setiap obrolan yang ia hadiahkan untuk saya, yang selalu membuat saya tertawa dan melupakan sejenak keruwetan hidup, menyeret saya untuk bersimpuh dan bersyukur atas semua yang saya miliki.
Setiap Bulan Suci Ramadhan, Haris tak pernah bosan mengingatkan saya untuk meraih kebaikan dengan memberi ta’jilan. Walau selalu hanya sedikit yang bisa saya titipkan padanya, ia tak pernah absen pula mengirimkan foto uang itu yang telah menjelma makanan. Sungguh tak saya sangka, Bulan Ramadhan tahun ini akan menjadi yang terakhir ia menghubungi saya.
Haris, saya sungguh kehilangan. Saya menyesal tak pernah jadi yang pertama menanyakan kabar, selalu kamu yang mengawali. Saya menyesal tak menyapamu di Hari Raya Idul Fitri kemarin. Saya menyesal tak punya waktu lagi untuk berusaha menjadi teman yang lebih baik. Cepat sekali Covid-19 itu membawamu pergi.
Engkau sungguh orang baik. Maka saya berharap Allah menerima kepulanganmu dengan penuh kasih sayang, mengirimkan para malaikat untuk menghibur dan menemanimu di perjalanan berikutnya, menyediakan bagimu tempat yang mulia si sisiNya. Shalawat dan Alfatihah…
Teriring do’a semoga Mala dan seluruh keluargamu dikaruniai kekuatan dan ketabahan, serta berada dalam keadaan sehat wal ‘afiat sepeninggalmu, amin…
Sampai jumpa lagi, Sahabatku…
Jakarta, 7 Juli 2021