Masuk Wisma Atlit (2)

Alhamdulillah, walaupun baru masuk wisma di siang hari ini (17 Desember 2020), kami bertiga tetap kebagian nasi kotak untuk makan siang. Nantinya aku tahu, nasi kotak ini kelihatannya selalu lebih dari cukup jumlahnya. Perawat akan membawakan ke lantai masing-masing sesuai jumlah pasien yang ada. Tetapi di lantai bawah biasanya masih ada nasi kotak yang bisa diambil oleh pasien yang pengen nambah 😊.
Untuk memudahkan komunikasi, perawat memasukkan nomor whatsapp (WA) kami ke dalam grup WA lantai. Segala informasi yang perlu diketahui bersama, disampaikan melalui grup tersebut. Misalnya, apakah nasi kotak, botol aqua, snack dan obat sudah tersedia di depan ruang poli untuk kami ambil. Juga nama-nama perawat yang bertugas jaga di tiap shift, jadwal ronsen, jadwal swab, kedatangan dokter ke poli lantai, adanya paket kiriman, dan lain-lain. Tentu saja untuk hal-hal pribadi, kami boleh mengirim pesan langsung ke nomor WA perawat, yang menurut pengalaman kami, selalu direspon dengan baik. Tentu wajar bila perlu waktu untuk menunggu, karena banyak pekerjaan juga yang harus dilakukan oleh para perawat.
Setelah makan siang, benar-benar lelah badan makin terasa. Kepala berat. Kurebahkan tubuh di tempat tidur. Perut kenyang. Minum obat sudah. Anak dan suami aman. Apa lagi yang perlu kukhawatirkan? Aku tertidur dengan lelapnya. Sampai sore.
Beristirahat. Itulah inti keberadaan di Wisma Atlit bagiku. Beristirahat dari pekerjaan fisik dan pikiran. Dari pekerjaan kantor, rumah tangga, juga organisasi. Atasan di kantor telah mengizinkan aku cuti. Teman-teman se-tim berkenan menangani sebagian besar pekerjaanku. Hingga aku bisa menjalankan saran dokter spesialis paru yang kukunjungi sebelumnya. ”Istirahat ya, Bu. Jangan sibuk sana-sini. Tiduran saja,” katanya. Dengan kata lain, benar-benar jadi kaum rebahan 😊.
Makanannya lengkap dan lezat

Bahkan aku tak perlu berpikir harus menyiapkan menu apa dan harus belanja apa. Di sini makanan tersedia tiga kali sehari, dengan menu yang cukup lengkap untuk setiap waktunya. Karbohidrat, berupa nasi putih. Terkadang nasi kuning, nasi hijau, atau nasi goreng. Selalu ada dua macam protein hewani seperti daging sapi dan telur, ikan dan ayam atau kombinasi lainnya. Juga tersedia satu macam protein nabati seperti tempe atau tahu. Tentunya juga ada sayuran. Seringnya ditumis, kadang-kadang saja berkuah seperti sayur sop atau sayur asem. Tak lupa, buah. Bergantian antara jeruk dan pisang. Kadang-kadang diganti yakult. Kalau ada yang kurang buatku, maka itu adalah sambal, yang tidak pernah ada, hehehe.

para perawat dengan sabar menjawab pertanyaan pasien, termasuk apakah boleh jajan/beli makanan dari luar
Sebenarnya kalau mau, bisa pesan makanan sendiri melalui aplikasi online. Menurut salah seorang perawat, tidak ada pantangan makan untuk covid-19. Namun masing-masing pasien hendaknya memperhatikan gejala yang dialami dan tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang sekiranya akan memperparah kondisinya.
Makanan atau barang kiriman lain akan diterima di loket penerimaan barang di tower 7 (tidak tahu apakah ada loket lain di tower lain). Dari situ, akan didistribusikan ke tower tujuan, diletakkan di lantai lobi. Lalu dibawa petugas ke ruang poli di lantai masing-masing. Hanya saja, karena jumlah petugas terbatas, harap maklum bila barang yang sudah sampai di loket sejak pagi, baru sampai di lantai masing-masing pada siang harinya. Yang sudah sampai sejak siang, baru akan diterima sorenya. Begitu pula yang sampai di sore hari, tunggulah sampai besok pagi. Karena itu kalau mau lebih cepat, kita bisa periksa dan ambil sendiri ke lobi tiap-tiap tower, atau malah langsung ambil di loket penerimaan barang. Terutama bila kiriman berupa makanan matang yang harus segera disantap.
Tidak semua barang bisa lolos sampai ke penerima. Rokok dan alkohol, misalnya, tidak diizinkan. Bahkan kiriman cairan pembersih toilet, Harpic, dari teman saya, juga tidak diizinkan masuk. “Pernah ada yang coba bunuh diri dengan minum Harpic,” begitu alasan petugas.
Selain nasi kotak, juga ada kotak snack satu kali sehari, biasanya setelah jam sarapan. Berisi dua macam cemilan, kue basah dan biskuit. Juga minuman kemasan, berganti-ganti antara jus, susu atau bubur kacang hijau. Untuk yang memerlukan air minum hangat, ada dispenser di depan ruang poli. Cukup bawa botol minum atau termos sendiri. Kami sendiri, karena membawa ketel listrik, tidak perlu bolak balik ke sana.
Esoknya, dan sampai beberapa hari pertama di Wisma, aku biasa tertidur lagi setelah jam sarapan. Entahlah, apakah karena flu dan sakit kepala yang kurasakan, atau karena pengaruh parasetamol yang kuminum, atau karena tak perlu memikirkan berbagai urusan.
Para pasien isoman bermain voli di halaman Wisma Atlit

Barulah di hari ke-4, aku mulai merasa baikan dan mau mengikuti suami dan putriku turun ke bawah. Mencari matahari. Berjemur. Karena masih merasa lemah, aku hanya duduk bermandi sinar matahari di kursi yang diambilkan suamiku dari dalam lobi. Esoknya, ketika kondisiku sudah lebih baik, aku mulai ikut jalan pagi. juga senam pagi. Sementara banyak pasien lain yang main voli atau lari pagi.

Bagaimana dengan putriku, Zahra? Alhamdulillah gejala pilek dan sakit kepala hanya ia alami selama 3 hari. Ia juga cukup mengerti dengan kondisi isolasi yang kami hadapi. Tidak mengeluh. Tidak protes. Terutama karena adanya fasilitas wifi di sini. Ia usir kebosanannya dengan main game atau menonton film kesukaannya di tablet. Rasanya ia malah bebas merdeka. Nggak perlu belajar karena kebetulan sedang libur sekolah juga.

 

Pihak Wisma sendiri mengadakan berbagai kegiatan untuk menghibur para pasiennya. Sebagian yang ku tahu, ada lomba voli dan memasukkan pensil ke botol dalam rangka memperingati Hari Ibu. Ada acara Lansia Bercerita, Senam Lansia dan Fun Games untuk pasien berusia 55 tahun ke atas. Ada lomba mewarnai dan menggambar untuk anak-anak. Sayang, Zahra tidak bisa ikut karena bertepatan dengan jadwal swab kami di tanggal 26 Desember.
Para perawat juga sering menuliskan kata-kata pemberi semangat di kertas kecil, yang lalu diklip bersama obat yang dibagikan kepada para pasien. Stay strong, tetap semangat, segera sehat, dan kata-kata lain yang menimbulkan senyum ketika kami membacanya. Senyum yang insya Allah menaikkan imunitas tubuh, yang mempercepat perginya virus covid-19 ini.
Ah, kenapa pula sebelumnya aku ragu untuk masuk ke Wisma Atlit ya?
Diniatkan bersambung…
Tulisan sebelumnya: https://intankemala.com/2020/12/27/masuk-wisma-atlit/
0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like