Kasihan Dimas, nggak bisa nemani Mama. Ngga jagain mama di rumah sakit, nggak ikut mensholatkan mama, nggak bisa ngantar mama ke peristirahatan terakhir.
Demikianlah yang kami pikirkan, ketika almarhumah mama mertua berpulang ke Rahmatullah 3 hari yang lalu. Sementara Dimas, putra bungsunya, juga sedang terbaring sakit di salah satu rumah sakit swasta di Bekasi.
Dimas dan mama memang merasa mual dan mengalami muntah-muntah dalam waktu yang bersamaan, namun ia belum merasa perlu ke rumah sakit, sehingga hanya mama yang ia minta untuk dibawa ke rumah sakit terdekat oleh kakaknya.
Ketika ia menyusul 2 hari kemudian, mama sudah pindah ke rumah sakit yang lebih besar namun cukup jauh dari rumah. Ingin sekali ia menyusul mama dan dirawat di rumah sakit yang sama, namun situasinya tidak memungkinkan. Hingga kami kemudian menyesalinya, karena mereka tak bisa bertemu lagi sampai saat terakhir mama.
Namun nyatanya, ia menyusul mama hari ini ke keabadian. Nyatanya, ia selalu ingin menemani mama seperti yang selama ini ia lakukan. Mengantar mama ke rumah sakit, mentraktir mama makan, menemani mama bersilaturahim ke kerabat, godain mama sampai mama ketawa, dan selalu mengiyakan maunya mama.
Dimas… Dimas… setia banget sama mama, Dek. Sampai kita semua ditinggal begitu saja. Mama memang lebih penting ya?
Selamat ngumpul lagi sama mama, ya Dimas. Sama papa juga. Sampaikan salam kami ya. Sampai ketemu lagi ya. Semoga berbahagia di alam yang lebih hidup daripada di sini…
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun..
Jakarta, 29 November 2020

