Jalan Pintas

Gambar dari Google.com
Beginilah prosedurku kalau mencuci:
1. Mengarahkan selang mesin cuci ke lubang lubang saluran air, lalu cuci tangan karena habis memegang selang dan membuka penutup lubang
2. Memilah dan memasukkan kain kotor ke dalam mesin cuci
3. Memasukkan detergen dan pewangi ke dalam laci mesin cuci, lalu cuci tangan karena tangan pasti kena tetesan detergen dan pewangi
4. Mencolokkan kabel listrik ke stop kontak
5. Pencet-pencel tombol mencuci, lalu cuci tangan lagi
6. Ditinggal ngerjain yang lain sampai mesin berhenti

Pagi ini, dengan alasan ingin mengurangi frekuensi cuci tangan, aku melompat dari langkah ke-2 ke langkah ke-4. pikirku, langkah ke-3 bisa kulakukan setelah langkah ke-4, lalu lanjut ke langkah ke-5 dengan menggunakan satu atau dua jari yang masih aman dari tetesan detergen dan pewangi. Cerdas, bukan, pikirku bangga.

Nyatanya, disinilah aku sekarang, duduk di depan laptop, mendengar deru mesin cuci, lalu tersadar bahwa aku sama sekali tidak melakukan langkah ke-3. Mesin cuci itu telah berputar hampir setengah jam tanpa ada detergen dan pewangi di dalamnya. 

Pikiran pertamaku, alangkah tidak cerdasnya mesin cuci itu, mengapa ia mau berputar tanpa ada detergen di dalamnya? Mengapa ia tidak ‘protes’? Sampai kemudian sadar, akulah yang salah telah melanggar prosedur yang sudah tercetak di pikiran tanpa persiapan matang. Sekarang aku harus menanggung hasilnya. Demi menghemat 1x cuci tangan, aku telah rugi waktu dan energi selama setengah jam.

Kupikir-pikir, ini masih mending, karena bukan urusan yang melibatkan keselamatan atau hal yang lebih besar. Tapi bagaimana kalau aku mengendarai sepeda motor dan masuk ke jalur berlawanan arah, karena malas melalui jalur yang benar karena alasan jauh? 

Bagaimana kalau aku memilih menyeberangi langsung jalan raya daripada naik tangga jembatan penyeberangan? Bagaimana kalau aku meminum antibiotik karena tidak sabar menunggu flu sembuh dengan sendirinya? Bagaimana kalau aku mengerjakan tugas sekolah anak alih-alih mengajari ia sampai paham dan mampu mengerjakannya sendiri? Bagaimana kalau aku ingin sukses tanpa tekun menjalani proses perjuangannya?

Yah, besar kemungkinan, kerugian yag lebih besar akan aku dapatkan.

Note. Gambar dari Google

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like
Read More

Laki-lakinya Mana?

Laki-lakinya kemana? begitu komentar seorang laki-laki menanggapi informasi di sebuah status FB tentang seorang perempuan yang berhasil menjadi…