
“Lho, kok, togenya kurus-kurus gini, Kak?”
Zahra cuma nyengir, mengangkat talam berisi toge, lalu mulai memetik bagian ujung bawah, membuang akar, atau ekornya, kalau kata ibuku dulu.
“Wah, Ngga gampang ya Kak, bisa dapat toge yang gemuk sehat kayak yang biasa kita makan,” sambungku sambil duduk di dekatnya, membantu memetik toge yang banyak ini. Boleh kan, kalau cuma bantu petik? Tidak melanggar peraturan sekolah kan? Hehehe.
Membuat toge ini memang tugas dari sekolahnya, sebagai bagian dari pelajaran Lingkungan Hidup (LH). Murid-murid dikirimi kacang ijo oleh guru, lalu petunjuk membuat toge disampaikan dalam sesi belajar daring. Pertama, toge direndam dulu selama 24 jam, lalu disimpan dalam kain dan disiram setiap hari. Naah, apakah air yang disiramkan Zahra kurang banyak ya? Maka hasil togenya agak kurusan?
Begitupun, tetap enak kok dimasak. Yang gampang aja, direbus, lalu dimakan sama bumbu pecel.
Tugas LH berikutnya, menanam jahe dan kunyit. Semoga hasinya nanti lebih baik yah 😉