Sudah agak ‘siang’ ketika aku sempat melihat telepon genggamku. Maklum, lagi nggak ada asisten di rumah, jadi berjibaku sendirian dulu di pagi hari. Hatiku berdesir melihat ada panggilan tak terjawab dari Hery Purnomo, teman seangkatanku yang tinggal di Pekanbaru. Sesuatu yang sangat tak kuharapkan, mungkin kini telah terjadi. Segera kutelepon balik. Kali ini, panggilanku yang tak terjawab.
Bergegas kuperiksa percakapan whatsapp. Nama Mas Tomo Sulastama yang kucari, senior 2 tingkat di atasku, yang rajin mengirim info terkini mengenai kondisi Slamet Arifin, teman seangkatanku sekaligus teman kantor Mas Tomo. Dan aku langsung terduduk lemas membaca pesannya pagi ini. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun…. Telah berpulang ke Rahmatullah sahabat kami, Slamet Arifin, yang telah berjuang untuk kesembuhannya selama lebih dari setahun ini.
Pelan, kuperiksa percakapan whatsapp di grup angkatan. Walau tak mungkin, tapi masih berharap ada kekeliruan. Harapanku sirna. Ucapan duka cita dan do’a telah bertebaran di grup semenjak pagi. Juga di grup wa Kageogama. Ah, Slamet, kini hanya alfatihah dan do’a yang bisa kami kirimkan untukmu.
Terbayang senyumnya yang mengembang ketika kami menjenguknya di RSPI Pondok Indah baru-baru ini. Walau dengan tubuh lemas dan suara perlahan, masih terbaca jelas semangat juangnya. Walau sel-sel jahat itu telah menyebar kemana-mana, ia berfokus pada setiap kemajuan yang dicapainya. Kemo terapi yang telah menghancurkan sebagian musuhnya. Dietnya yang menunjukkan hasil baik. Obat-obatan yang membantu fungsi hatinya.
Ia tidak mengeluh. Apalagi menangis. Ia menjelaskan apa-apa yang harus dilakukan untuk mencapai kesembuhan. Ia ceritakan kebaikan sahabatnya di Pekanbaru yang menjaga 2 anaknya, sementara ia berobat ke Jakarta berhari-hari ditemani istri dan putra bungsunya. Ia kembangkan senyum sumringah menerima salam dari teman-teman yang belum bisa menjenguk. Ia baca segera buku sederhana berisi salam, do’a dan harapan dari teman-teman seangkatannya.
Ah, Slamet, mendengar sebaran sel itu, aku khawatir pada kondisimu. Tapi melihat semangatmu dan istri, aku yakin keajaiban kesembuhan akan jatuh padamu.
Tapi Allah berkehendak lain. Dia menginginkanmu kembali padaNya sekarang. Mencukupkan sakit dan perjuanganmu di hari ini. Do’aku, semoga engkau pulang padaNya dalam keadaan bersih dari semua dosa, berkat kesabaranmu menjalani ujian sakit selama ini. Semoga Allah melapangkan kuburmu, dan memberimu tempat mulia di sisiNya…alfatihah ma’a shalawat..
Semoga Allah tambahkan kekuatan dan kesabaran Chika dan anak-anakmu. Mereka insya Allah tak akan sendiri. Kamu, Slamet, orang baik. Teman baik. Kami juga akan menjadi teman mereka. Allah akan menjaga mereka untukmu, selalu ..amin..