Ketika aku berumur 4 tahun, kakek memberiku sebuah kalung dengan liontin yang indah. Aku sangat menyukai kalung itu. Sampai sekarang aku masih menyukainya, di saat umurku sudah 10 tahun.
Hari ini adalah hari Sabtu. Aku sangat senang karena aku bisa bersantai. Aku juga ingin memakai kalungku. Ketika aku membuka laci meja untuk mengambilnya, kalungku tidak ada!

Aku membongkar seluruh meja dan lemari untuk mencarinya, namun kalung itu tak kutemukan juga. Alih-alih, aku menemukan sebuah surat yang bertuliskan: “Kalau kau memang sangat menyukai kalungmu, berarti kau harus mencarinya. Aku beri petunjuk: Dimana tempat yang paling dekat dengan rumahmu?”
Aku pun melihat keluar melalui jendela, dan yang terlihat paling dekat adalah pohon Apel yang ditanam papaku. Aku pun segera kesana. Namun kalungku tak ada juga di sana. Aku menajdi sangat bingung. Kenapa tidak ada? Dimana kalungku? Bagaimana ini?
Aku kembali melihat sekeliling. Terlihat olehku keset kaki di teras yang bertuliskan: Welcome. Entah kenapa, aku tergerak untuk mengangkat keset itu, dan melihat petunjuk lain di bagian bawahnya: “Mungkin kau hanya berpura-pura. Pergilah ke hutan Ajair.”
Aku sangat bingung. Dimana hutan itu berada? Tiba-tiba aku melihat ada sesuatu yang berkilauan. Ia terbang mendekat padaku. “Kenapa ada yang berkilauan seperti itu di bumi?” pikirku heran.
Ternyata itu adalah peri. “Wah!” kataku terkejut.
“Halo, namaku Kira. Aku akan membantumu mencari kalungmu yang hilang,” katanya.
“Ayolah,” kataku senang. Tapi dimana hutan Ajair berada?” tanyaku.
“Ayo, ikuti aku!” kata Kira. Aku pun mengikutinya.
Ketika sampai, pohon-pohon di hutan Ajair ini terlihat sangat hijau. Aku melihat sekeliling. Seekor burung tiba-tiba terbang menghampiriku. Tubuhnya bercahaya seperti api. Aku menjadi takut.
“Halo, aku Finex. Aku dan Kira akan membantumu,” katanya mengagetkanku.
“Benar sekali,” kata Kira meyakinkanku.
“Ayo, kita mencari kalungmu,” kata Finex lagi.
Aku bingung. Kenapa ada 2 makhluk ajaib yang mau membantuku, padahal kalungku hanya kalung biasa. “Kenapa kalian mau membantuku?” tanyaku penasaran.
“Ck..ck..ck.. Kalungmu itu adalah kalung istimewa, Rima,” kata Kira.
Tiba-tiba, di hadapan kami muncul seorang peri yang kelihatannya jahat. “Wah, bagaimana ini?” tanyaku cemas.
“Frila!!??” kata Finex dan Kira bersamaan. Mereka juga terlihat terkejut.
“Hahahaha.. Benar sekali. Aku adalah Frila. Dan aku tak akan mengembalikan kalung anak perempuan itu,” katanya sambil memandangku jahat. Ia menggerakkan tangannya seperti hendak menyerangku. Namun yang dilemparkan dari tangannya ternyata adalah sebuah jagung. “Jagung?” pikirku heran. Namun lebih heran lagi melihat reaksi Kira. “Oooh, tidaaaak, Jaguuuung!” teriaknya ketakutan. Fenix menyambar jagung itu dengan tubuhnya yang berapi, sambil berteriak, “Kira, itu kan cuma jagung. Kenapa takut?”
Wangi jagung bakar menguar di udara. “Hmm..yummi,” kataku sambil menangkap jagung itu yang melayang turun.
“Haah, kamu tidak takut jagung?” tanya si peri jahat. Aku tak menjawab, hanya menatapnya heran. Jagung itu kemudian kupatahkan menjadi dua, dan kubagi dengan Fenix. Frila tiba-tiba bergegas terbang menjauh meninggalkan kami. Takutku hilang sudah. Kini Kira yang terlihat ketakutan melihat aku dan Fenix menikmati jagung bakar.
“Berhentilah memakan jagung!” kata Kira.
“Kenapa?” tanyaku dan Finex bersamaan.
“Gigi kalian akan berubah menjadi jagung,” jawabnya.
Aku tertawa. “Kira, gigi kita tidak akan berubah menjadi jagung. Tapi, kadang-kadang jagung memang menempel di gigi. Tapi bisa dibersihkan kok,” kataku. “Jadi ga masalah kalau kita mau memakan jagung.”
Kira terdiam. Ia melihat Fenix dan aku menghabiskan jagung bagian kami masing-masing. Dan menjadi percaya dengan kata-kataku setelah melihat gigiku tak berubah.
“Wah, sekarang aku tidak takut lagi dengan jagung,” katanya gembira. Kami pun melanjutkan perjalanan.

===
Aku menemukan kalungku di salah satu bagian hutan Ajair itu. Ia tergantung di salah satu ranting pohon, tertutup oleh daunnya yang hijau. Kepak sayap Finex yang meyingkapkan daun itu. Aku senang sekali, dan segera memakainya. Tiba-tiba, Kira dan Finex berkata, ”Dadaaaaah Rima.” Mereka tersedot masuk ke dalam liontin kalungku. Aku terkejut. Tapi menjadi mengerti. Ini ternyata adalah kalung istimewa. Kalung ajaib.
“Terimakasih Kira dan Finex. Semoga kita bisa bermain bersama lagi,” kataku terharu. “Tapi bagaimana caranya aku pulang?” pikirku bingung. Ohya, ini kan kalung ajaib. Aku menggenggam liontinnya, dan berkata, “Kalung Ajaib, aku ingin pulang!”
Taraaa!
Aku pun kembali ke kamarku. Aku segera turun ke lantai bawah. Ternyata kakekku datang. Hari ini ulang tahun kakek. Aku segera memeluknya gembira. “Apakah kau menemukan kalaung ajaibmu?” bisik kakek. aku heran. Bagaimana kakek tahu kalau kalungku tadi hilang?
“Iya kek,” jawabku. “Aku juga mempunya teman baru. Dan aku sekarang tidak takut lagi. Aku sudah jadi anak yang berani!”
===
Beberapa hari telah berlalu. Aku sering bermain dengan Kira dan Finex. Aku mengajarkan mereka permainan tradisional kita. Sebaliknya, mereka juga mengajari aku permainan tradisional mereka. Aku sangat suka bermain dengan mereka. Kami sekarang adalah tiga sahabat. Dan aku senang, karena Kira sekarang tidak takut lagi dengan jagung.
Jakarta, 1 November 2018
https://www.plukme.com/…/kalung-ajaibku-yang-hilang-p-5bdbe…