Jadi Presiden

Zahra: Ma, kalau untuk cita-cita, apa kita juga harus nurut sama orang tua?

Mama: Maksudnya?

Z: Ya, kalau orang tua maunya kita jadi sesuatu, tapi kita sebenarnya ga pengen.

M: Ya tergantung. Kalau yang dimaui orang tua itu ga bagus, ya jangan dituruti. Kalau yang dimaui orang tua itu bagus, kita pikirkan. Kalau kita bisa, kita ikuti. Kalau ga bisa, kita kasih tahu kita maunya apa, dan kenapa. Biar orang tua mengerti. Memangnya kenapa Kak?

Z: Ya, kata papa, aku jadi presiden aja. Tapi aku ga mau.

M: Kenapa ga mau?

Z: Kan capek ma jadi presiden. Pergi kesana sini, ngurus ini itu. Indonesia kan besar banget.

M: Ya. Semua pekerjaan pasti ada capeknya. Tapi kalau hati senang, capek ga terasa. Kalau kakak ga mau jadi presiden Indonesia, kakak jadi presiden yang lain aja. Presiden Bank Dunia, atau kakak mungkin suka jadi presiden komikus..

Z: Emangnya ada, presiden komikus?

M: Ya, nanti kakak yang bikin ada presiden komikus (amiiiin).

Lha, mamanya aja dulu disuruh jadi perawat sama neneknya, ga mau. Disuruh jadi dokter, ga mau. Disuruh pulang ngelamar jadi PNS, ga mau. Gimana mau maksa anaknya?

Papa Ibnu Surya Mardhani, ini anaknya kepikiran lho…

Pak Presiden, semoga sehat selalu ya Pak.

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

Good Luck

“Mama meeting-meeting terus,” kata Zahra menjelang tidurnya. Kupeluk tubuhnya, hangat terasa di dada, mengusir sedikit rasa bersalah yang…