Kaki Ibu

Ibuku memindahkan kaki kirinya sedikit demi sedikit. Setiap inchi gerakan meningkatkan rasa nyeri yang dideritanya. Aku memandangnya iba. Kedua tangannya berusaha mengangkat betisnya, meletakkannya di posisi yang lebih nyaman di tempat tidur. Bagai kaki itu bukan bagian dari tubuhnya. Tak bisa bergerak sendiri. Tapi tentu saja kaki itu bagian dari dirinya. Terbukti dari begitu aktifnya ia mengirim sinyal rasa sakit nyaris tak tertahan. Tak jarang, ibu terbangun dari tidur malamnya. Tersentak. Rasa nyeri datang bagai petinju yang mengirimkan pukulan ke paha dengan tiba-tiba.

Betapa ‘aneh’nya ujian Tuhan. Kaki ibu yang selalu aktif kini dipaksa untuk berhenti. Kaki yang telah membawa ibu melangkah jauh dari tanah kelahirannya. Bahkan sejak ia masih kecil. Kaki yang tanpa ragu menapaki jalanan di setiap kota tempatnya merantau. Kaki yang dulu mengayuh sepeda dalam hujan, demi mengantarkan abangku yang sakit ke dokter. Kaki yang mengendarai motor, memboncengkan ayahku ke rumah sakit. Kaki yang belajar menginjak rem mobil di usia senja, demi bisa membawa ayahku dan kursi rodanya ke masjid. Kaki yang patuh melangkah membawa ibuku kemana ia hendak pergi. Kini, ia tak mampu menjalankan perintah. Ia mengurung ibuku di dalam rumah. Di dalam kamar. Di tempat tidurnya.

Ah, harus tetap semangat. Berharap pada kemurahan Allah. Besok ke dokter lagi. Semoga ada kabar baik darinya. Kesembuhan dapat ditempuh tanpa operasi pencabutan implant. Amin ya Allah..Shalawat!

0 Shares:
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like