Jadual yang padat, hidup yang sibuk, kadang tak menyisakan kesempatan untuk memperhatikan yang lain. Tapi itu tak berlaku buat anak-anak. Bahkan bisa-bisanya Zahra memperhatikan seekor semut kecil hitam yang tergeletak lemah di halaman depan rumah abuwanya. Ia mengangkat semut itu dengan hati-hati dan meletakkannya di telapak tangan miwanya yang tadi ia minta dengan sungguh-sungguh untuk mengikutinya ke halaman depan.
“Tolong sembuhkan, Miwa,” katanya penuh harap. Semut itu kehilangan 2 kakinya. Mungkin ia terinjak oleh sepupu-sepupu Zahra yang sedang bermain bola di halaman ini, atau terhantam oleh bola itu sendiri. Miwa menggeleng dengan sedih. Aku mengerti. Walau ia dokter hewan, kupikir Miwa tak pernah menangani semut.
“Kasihan kali ya Kak, semutnya. Tapi Miwa ga bisa sembuhinnya. Kakinya sudah ngga ada,” kata Miwa.
Zahra tak menyerah. “Ada yang jual kaki palsu untuk semut ga, Miwa?” tanyanya gigih.
Aku tercengang dengan ide kaki palsu itu. “Sayangnya ga ada Kak,” jawab Miwa sambil menahan senyum. Ku kira Miwa juga terkesan dengan ide kaki palsu untuk semut itu. Dengan sedih Zahra mengambil kembali semut hitam itu dari tangan Miwanya. Aku jadi ikut sedih karena tidak bisa menolong apa-apa.
Begitupun, ku coba mengikuti Zahra. Sekali-kali berhenti sejenak dari rutinitas dan memperhatikan sekeliling. Dan hasilnya, kebahagiaan akan singgah mengusir penat di hati. Benar-benar tidak rugi. Sering mencoba?